Saat Menag, Gus Reza, Sujiwo Tejo Bicara Keragaman dan Cinta di Mengaji Indonesia

By Admin

nusakini.com--Berbeda itu keniscayaan, menciptakan perbedaan menunjukkan Allah Maha Kuasa, Maha Hebat. Demikian disampaikan pengasuh pondok pesantren Almahrusiah Lirboyo Kediri KH Reza Ahmad Zahid atau Gus Reza saat menjawab pertanyaan Menag Lukman Hakim Saifuddin tentang bagaimana mensikapi perbedaan. 

Menag tampil menjadi host pada Mengasah Jati Diri Indonesia atau Mengaji Indonesai (Mengaji Indonesia) ke-3 yang digelar di Kampus IAIN Tulungagung Jawa Timur. Mengaji Indonesia sebelumnya digelar di Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya dan UIN Sumatera Utara. 

Ia menjelaskan, masyarakat bangsa ini majemuk, berbagai macam pemikiran ada. “Indonesia adalah negara yang paling bebas menerima berbagai macam pemikiran, aliran pemikiran, banyak agama bisa hidup di Indonesia,” katanya. 

Menyitir ayat suci Alquran Surat Alhujarat 13, ia menjelaskan tentang hakekat perbedaan di antaranya untuk saling mengenal satu sama lain (litaarafu). 

“Kita anggap pelangi semakin banyak warna di angkasa semakin indah warna langit, seandainya langit satu warna, maka tidak indah,” ucapnya. 

“Allah Swt mampu menjadikan segala sesuatunya seragam, jadi satu tatanan umat, satu agama, Allah mampu,” imbuhnya. 

Gus Reza menjelaskan, kalau kita beragama betul-betul beragama sepenuh hati (kaaffah), beragama dengan betul , pasti tidak akan menimbulkan kerusakan di masyarakat. 

“Dalam kita berislam, di dalamnya ada iman, Islam, ihsan, ini harus komplet,” ujarnya. 

Menurutnya, cinta itu adalah sumber dari iman semakin cinta semakin tinggi keimanan. Cirinya, bila melihat keindahan orang lain, maka di dalam hatinya penuh keindahan. Begitu sebaliknya. 

Menag dalam kesempatan tersebut menyampaikan, pada diri setiap manusia ada unsur ilahiah. 

“Itulah mengapa ajaran Islam, juga semua agama menjunjung harkat martabat kemanausiaan, agama memanusiakan manusia,” ucapnya. 

Ribuan orang tumpah ruah menghadiri Mengaji Indonesia ke-3 ini, kehadiran Gus Reza dan Budayawan Sutejo dengan gaya nyentriknya mampu menciptakan antusiasme hadirin yang setia tidak beranjak dari lapangan hingga acara usai tengah malam. 

Sujiwo Tejo menyuguhkan sejumlah lagu-lagu karyanya dengan dukungan paduan suara IAIN Tulungagung. Lagu Ingsun, Sugih Tanpa Bondo, dan Kolomongso yang kuat dengan pesan dan liriknya disuguhkan interaktif oleh budayawan dengan balutan sarung juga topi khasnya. 

Hadir Staf Ahli Menag Oman Fathurahman, tuan rumah Rektor IAIN Tulungagung Maftukhin sejumlah pejabat eselon II, rektor PTKIN, Kakanwil Kemenag Jatim, tokoh masyarakat, dan civitas akademika IAIN Tulungagung juga ribuan masyarakat. (p/ab)